Ia


Karya: Ayuna

Ia bertemu denganku di danau yang menguning karna sapuan senja.

Ia tersenyum lembut menyambut tatapanku

Kehadirannya penuh arti

Hari ini

Bila ia tak datang, aku bisa dibunuh rindu

Bila ia tak tersenyum melihat tingkahku

Malamku pasti bertabur mimpi buruk

Ia hatiku

Ia hidupku

Ia cintaku

Ia jiwaku

Senja pun berlalu

Meninggalkan kami

Yang terpaku oleh cinta

Tertawa bahagia menatap malam

Berpendar sang bintang

Lengkaplah sudah

Hari ini

Ku bersamanya

Itulah cinta


Karya: Ayuna

Ketika cinta itu datang ia berkata “cintailah ia”

Ketika cinta itu ber stay dihati ia berkata “sebentar saja lah kau coba cintai ia”

Meski hatimu menolak cinta

Ia tetaplah cinta

Yang pantang menyerah

Mempertahankan rasa

Indah

Manis

Lucu

Namun

Seketika

Kejam

Sadis

Menyakitkan

Yaaaa…. Itulah cinta

Yang kita bicarakan

Selama masa

the cookies - Sekilas cerita

Hidup kami terpisah oleh keadaan yang sangat tak terduga. Kami hanya bertemu dalam mimpi ketika kami ingat salah satu peristiwa masa lalu itu. Ia kekasihku yang tak pernah kumiliki, ia terlalu cepat meninggalkan aku dan dunianya. Ia melangkah lebih jauh dari sisiku, sedangkan aku tak sekalipun pernah menanggapi setiap cintanya padaku, aku terlalu malu untuk berurusan dengan cinta, aku terlalu malu melibatkan ia yang sempurna dalam perjalanan hidupku yang berantakan. Aku tak ingin melukainya karena kehidupanku. Namun aku salah besar.

Keputusanku untuk mengacuhkannya memperburuk hidup kami, ia semakin menjauh dariku dan dunianya. Sekarang ia pasti berada di surga, sedang melihatku memimpikannya, ia pasti tersenyum melihatku yang sesungguhnya menyimpan cinta untuknya, ia pasti bahagia bila mengetahui cintanya berada didalam Lubuk hatiku, dan cintanya kini menjadi sahabatku hingga akhir masa, dan datang masa dimana, aku bisa menghampirinya, mengecup dahinya, mencium pipinya, dan mengatakan “maafkan aku, aku sungguh mencintaimu”… kami pun terlena dalam bahagia yang tiada akhir.

(the cookies)

dari -

Belajar Menulis Pantun

Pantun merupakan salah satu karya sastra Melayu yang sampai sekarang masih dikembangkan. Kata pantun mempunyai arti ucapan yang teratur, pengarahan yang mendidik. Pantun juga dapat berarti sindiran.

Zaman dahulu, pantun digunakan sebagai bahasa pengantar atau bahasa pergaulan.

Pantun dikenal di berbagai daerah, namun dengan nama yang berbeda. Di Jawa Tengah dikenal dengan parikan, di Toraja dikenal bolingoni, di Jawa Barat dapat ditemukan pantun dalam bentuk nyanyian doger, di Surabaya ludruk , di Banjarmasin tirik dan ahui ,

gandrung di Banyuwangi, dan di Makassar kelong-kelong. Selain merupakan ungkapan

perasaan, pantun dipakai untuk menghibur orang.

1. Ciri-ciri pantun

Pantun memiliki ciri-ciri tersebut, antara lain:

a. mempunyai bait dan isi,

b. setiap bait terdiri atas baris-baris,

c. jumlah suku kata dalam tiap baris antara delapan sampai dua belas,

d. setiap bait terdiri atas dua bagian, yaitu sampiran dan isi.

    Contoh:

    Pantun dua baris

    Anjing hutan suka melolong (sampiran)

    Jangan suka bicara bohong (isi)

    Pintu diketuk ada tamu (sampiran)

    Rajin membaca bertambah ilmu (isi)

    Pantun empat baris

    Desa sawah mulai menghijau (sampiran)

    Di tengah ada pematang (sampiran)

    Apa arti bertindak maju (isi)

    Kalau tanpa pemikiran matang (isi)

e. Bersajak ab ab

2. Bentuk dan jenis pantun

Pantun yang sering dipakai adalah pantun dua baris dan empat baris. Bentuk pantun bermacam-macam, misalnya: pantun anak-anak, pantun jenaka, pantun suka cita, pantun kiasan, pantun nasehat, pantun duka cita, pantun budi pekerti, pantun agama, dan lain-lain.

    Contoh:

    Pantun anak

    Enak nian buah belimbing

    Mencari ke pulau sebrang

    Main bola ada pembimbing

    Binatang apa berhidung panjang?

    Pantun jenaka

    Orang mudik bawa barang

    Pakai kain jatuh terguling

    Kamu senang dilirik orang

    Setelah sadar ternyata juling

    Indah nian sinar mentari

    Purnama datang tak berbelah

    Melihat orang malas berlari

    Ternyata sandal tinggi sebelah

    Pantun sukacita

    Gurih nian ikan gurami

    Tambah nikmat dengan kacang

    Alangkah senang hati kami

    Panen raya telah datang

    Pantun kiasan

    Luas nian samudra raya

    Pagi-pagi nelayan melaut

    Tak berguna memberi si kaya

    Bagai menebar garam di laut

    Pantun nasihat

    Jalan-jalan ke Semarang

    Bawa bandeng tanpa duri

    Belajar mulai sekarang

    Untuk hidup kemudian hari

    Pantun dukacita

    Beras miskin disebut raskin

    Yang mendapat tak semua

    Aku ini anak miskin

    Harta benda tak kupunya

    Pantun budi pekerti

    Siapa yang tak simpatik

    Melihat bunga dahlia

    Kulit putih berwajah cantik

    Sudah ayu berhati mulia

    Pantun agama

    Minum susu di pagi hari

    Tambah nikmat tambah cokelat

    Pandai-pandai membawa diri

    Siapa tahu kiamat sudah dekat

3. Pantun berbalas

Pantun berbalas adalah pantun yang dimainkan dua kelompok. Kelompok tersebut dapat dikembangkan menjadi kelompok "pro" dan "kontra" atau kelompok gadis dan kelompok jejaka.

Jumlah anggota per kelompok tiga sampai lima orang. Berbalas pantun dipimpin oleh seorang moderator yang bertugas untuk menengahi permainan. Setiap sesi berbalas pantun harus mempunyai tema. Urutan berbalas pantun terdiri atas pembukaan, isi, dan penutup.

Dari Buku Sekolah

Terima kasih:-

Cangkir-Cangkir Nona Maple

Nona Maple sudah sangat tua dan sedikit pelupa. Ia memiliki seperangkat tempat minum teh. Perangkat itu terdiri dari sebuah teko antik warna putih dan lima cangkir antik cantik warna warni. Pada setiap hari Minggu sore, selama bertahun-tahun, Nona Maple selalu mengundang teman-temannya untuk minum teh bersama.

Nyonya Graham tua selalu menggunakan cangkir berwarna kuning. Itu warna kesukaannya, Nyonya Rickity selalu memilih cangkir merah karena mawar merah adalah bunga favoritnya. Nona Teapot yang suka bercanda sangat suka cangkir biru, seperti warna langit di musim panas. Lalu Nyonya Lovely yang

cantik dan suka berkebun,menggunakan cangkir hijau. Nona Maple menggunakan cangkir oranye karena hanya itu yang tersisa.

Lalu sesuatu terjadi! Suatu pagi, Nona Maple bermaksud membersihkan cangkir-cangkir itu. Tiba-tiba seekor kucing berlari masuk ke dapur. Ia menyenggol tangan Nona Maple dan …PRAAANG!

"Aduh! Cangkir-cangkirku yang malang!" seru Nona Maple. Cangkircangkir dan tekonya berserakan di atas lantai. Untungnya tidak ada satu pun cangkir maupun teko yang pecah. Semua hanya retak-retak.

Dengan panik Nona Maple membawa cangkir-cangkir kesayangannya ke toko keramik Tuan Wickedy.

"Apakah ini bisa diperbaiki?" tanya Nona Maple dengan nada sedih.

"Oh tentu saja bisa!" jawab Tuan Wickedy. Nona Maple sangat gembira.

Pada suatu hari, Tuan Wickedy sibuk memperbaiki cangkir-cangkir Nona Maple. Saat itu datanglah Tuan Cerloved seorang kolektor keramik antik. Ketika melihat cangkir-cangkir Nona Maple, ia menjadi sangat tertarik.

Dengan mimik serius Tuan Cerloved mengamati cangkir merah yang sudah diperbaiki. Dirabanya, diperhatikan dengan teliti lalu diarahkannya ke arah sinar matahari yang menerobos masuk lewat kaca jendela.

"Woow indah sekali!" serunya. "Berapa harganya?" tanya Tuan Cerloved.

"Oh tidak, ini tidak untuk dijual," jawab Tuan Mickedy.

"Sayang sekali, padahal ini cangkir antik yang sangat indah." Tuan Cerloved lalu menawar dengan harga yang cukup tinggi. Namun, belum cukup tinggi untuk Tuan Wickedy yang serakah.

"Maaf Tuan Cerloved. Tapi mungkin lain kali Anda dapat membelinya dengan tawaran yang lebih tinggi," ujar Tuan Wickedy.

"Baiklah, saya akan datang lagi lain kali," janji Tuan Cervoled.

Hari Sabtu pagi Nona Maple berkunjung ke toko keramik Tuan Wickedy untuk mengambil kembali cangkir-cangkirnya. Tapi Tuan Wickedy memberikan kepadanya cangkir-cangkir biasa yang sama persis.

Tanpa curiga Nona Maple membawa pulang cangkir-cangkir palsu itu.

Lalu minum teh yang menyenangkan tiba. Seperti biasa, keempat teman Nona Maple berkumpul. Nona Maple menceritakan apa yang menimpa cangkircangkir kesayangannya. "Oh, beruntung sekali cangkir-cangkir itu tidak pecah!" seru nona Teapot diikuti ketiga teman yang lain.

"Ooo, ini bukan cangkir yang biasa aku gunakan!" seru Nona Teapot nyaring." Lihat! Warna birunya tidak sama. Tidak seperti warna langit di musim panas. Perhatikan juga cangkir-cangkir kalian. Apa ada perbedaan?"

Nyonya Graham, Nona Maple, Nyonya Rickety, dan Nyonya Lovely memerhatikan cangkir mereka masing-masing. Cangkir kuning warnanya sedikit muda, yang warna merah, mendekati ungu, yang hijau terlalu gelap. Cangkir yang warna oranye memiliki sedikit bintik putih.

"Cangkir-cangkirmu telah tertukar, Maple!" ujar Nyonya Graham.

Keesokan harinya, Nona Maple kembali menemui Tuan Wickedy. Ia menjelaskan bahwa cangkir-cangkirnya telah tertukar. Namun… "Itu cangkir-cangkir yang sama dengan yang nona berikan pada saya," ujar Tuan Wickedy tidak mau mengaku.

Nona Maple pun pulang. Namun, sebelumnya sekilas ia melihat cangkir-cangkirnya berada di atas rak keramik antik, dengan tulisan 'dijual'.

Nona Maple menceritakan kejadian itu pada Nyonya Graham. "Tuan Wickedy telah menukar cangkir-cangkirmu. Kita harus menukarnya kembali," jawab Nyonya Graham. Ia mendapat ide untuk menukar cangkir-cangkir itu kembali tanpa setahu Tuan Wickedy.

Rencana pun dijalankan. Selasa pagi, Nona Teapot datang berkunjung ke toko keramik. Ia melihat-lihat isi toko lalu mengajak Tuan Wickedy berbasa-basi sebentar. Saat itu, Nyonya Graham menyelinap menuju rak keramik antik. Ia memasukkan cangkir biru dan kuning ke dalam keranjang belanjaannya. Lalu meletakkan yang palsu di rak.

Setelah Nona Teapot pulang, giliran Nyonya Graham mengajak Tuan Wickedy bergosip. Pada saat itu, Nyonya Lovely menukar cangkir hijau dan oranye, yang asli ia masukkan dalam tas rajutannya. Lalu berganti lagi, Nyonya Lovely berusaha membuat sibuk Tuan Wickedy. Sementara Nyonya Rickety menukar cangkir merah dan tekonya. Akhirnya, semua cangkir antik Nona Maple bisa kembali.

Beberapa hari kemudian, Tuan Cerloved datang dan bermaksud membeli cangkir-cangkir antik itu dengan harga yang sangat tinggi. Tuan Wickedy sangat senang. Ia segera memberikan cangkir-cangkir itu pada Tuan Cerloved.

"Hah!" seru Tuan Cerloved tiba-tiba, yang membuat Tuan Wickedy kaget.

"Ini bukan cangkir yang sama yang kulihat kemarin. Ini cangkir biasa. Apa Tuan mau membohongi saya?!" teriak Tuan Cerloved marah. "Saya tidak akan membeli di toko Anda lagi!" serunya sambil berlari keluar tanpa memedulikan panggilan Tuan Wickedy.

Tuan Wickedy lalu mengamati cangkir-cangkir itu dengan teliti. Sadarlah ia kalau cangkir-cangkir itu telah ditukar kembali, yang ada di tangannya sekarang adalah cangkir -cangkir buatannya sendiri. (Nur Adi Cahyaning)

Sumber: Bobo, No. 44 Tahun XXXIV, 18 Februari 2007

Dari Buku Sekolah

Terima kasih:-

Leo dan Simon

Oleh Hadi Pranoto

Tuan Mugabe seorang pengusaha kayu. Ia mempunyai banyak pekerja yang pandai membuat kayu-kayu gelondongan menjadi meja, kursi, dan lemari yang bagus. Ia juga mempunyai dua penebang kayu yang bertugas menebang pohon di perkebunan miliknya.

Tuan Mugabe sangat memperhatikan lingkungan. Setiap satu pohon ditebang, maka ia akan menanam seratus pohon kecil di perkebunannya yang luas.

Suatu hari, dua penebang kayu yang bekerja untuknya sakit. Tuan Mugabe mencari dua penebang kayu yang baru. Cukup banyak pekerja yang melamar.

Namun, akhirnya Tuan Mugabe memilih dua pemuda, Leo dan Simon.

Leo berbadan besar dan kuat. Tuan Mugabe tak ragu mempekerjakannya.

Simon bertubuh sedang, namun semangatnya untuk bekerja cukup besar.

Tuan Mugabe menerimanya dengan beberapa persyaratan. "Kalau hasil kerjamu kurang dari sepuluh batang pohon per hari kau akan dipecat," katanya.

"Baik Tuan," kata Simon bersemangat.

Tuan Mugabe kemudian memberi keduanya kapak besar. Leo dan Simon pun mulai bekerja.

Hari pertama Leo berhasil menebang lima belas batang pohon besar.

Sementara Simon hanya delapan pohon.

"Sudah kuduga. Kau pasti tidak mampu," ujar Tuan Mugabe "Maaf tuan. Berilah hamba kesempatan seminggu lagi. Hamba akan bekerja lebih keras lagi," jawab Simon. Tuan Mugabe pun setuju.

"Leo, tidak salah aku memilihmu. Kau memang pekerja keras yang baik,"Puji Tuan Mugabe pada Leo.

"Terima kasih, Tuan. Hamba akan bekerja lebih keras lagi," jawab Leo bangga.

Karena pujian majikannya, Leo bekerja semakin bersemangat lagi.

Sementara Simon masih mempersiapkan alat kerjanya, Leo telah menebang satu pohon.

"Hari ini aku akan menebang pohon lebih banyak dari kemarin," kata Simon dalam hati. Maka mulailah ia bekerja dengan lebih giat.

Sore itu Simon berhasil menebang sepuluh pohon. Leo dua belas batang pohon. "Tidak apa-apa, Leo. Hasil tebanganmu masih lebih banyak. Kau tetap pekerja kesayanganku," puji Tuan Mugabe.

"Terima kasih, Tuan. Besok hamba akan bekerja dua kali lebih giat," janjinya.

"Simon, bekerjalah terus seperti hari ini. Kau tetap lulus," kata Tuan Mugabe.

"Terima kasih, Tuan. Hamba akan bekerja lebih cermat dan teliti lagi," jawabnya.

Pagi-pagi sekali Leo telah pergi ke hutan. Ia menebang pohon dengan semangat dan mengerahkan seluruh tenaganya. Sementara Simon pagi itu, mulai bekerja seperti biasa. Akan tetapi, menjelang sore hari Leo hanya berhasil mengumpulkan sembilan batang pohon. Simon malah berhasil menebang dua belas batang pohon. Tuan Mugabe menjadi heran. Ia tahu kalau Leo selalu bekerja lebih awal dan lebih giat, sedangkan Simon bekerja dengan waktu dan kecepatan biasa.

"Maafkan hamba, Tuan. Sepertinya hamba kehilangan tenaga dan kekuatan," keluh Leo sedih.

"Aneh! Kenapa sekarang justru hasil tebangan Simon lebih banyak?

Padahal tubuhmu lebih besar dan kuat dibanding Simon," Tuan Mugabe heran.

Karena penasaran, Tuan Mugabe pun berusaha menyelidiki hal itu. Pagi-pagi sekali, ia sudah berada di dalam hutan mengawasi kedua pekerjanya.

Yang pertama datang adalah Leo. Begitu sampai, ia langsung menebang pohon dengan gigihnya.

"Hhmmm, Leo lebih dulu mulai bekerja sebelum Simon. Tapi mengapa?” pikir Tuan Mugabe. Tak lama kemudian, datanglah Simon. Begitu sampai, ia tidak langsung bekerja. Simon mengeluarkan kapak dan mengasah kapaknya sampai tajam berkilat. Melihat hal itu Tuan Mugabe tersenyum, ia kini tahu jawabannya.

Sore itu, Simon berhasil mengumpulkan dua belas batang pohon. Sementara Leo cuma delapan batang. Leo menemui majikannya dan meminta maaf dengan sedih. Tuan Mugabe tersenyum,"Kapan terakhir kali kau mengasah kapakmu?" "Mengasah?" Hamba tidak punya waktu untuk mengasah kapak, hamba terlalu sibuk menebang pohon," jawab Leo jujur.

"Itulah sebabnya hasil kerjamu menurun. Kau bekerja dua kali lebih keras, padahal kau memakai kapak yang tumpul. Akibatnya, kau butuh waktu lebih lama untuk menebang pohon," jelas Tuan Mugabe. Leo mengangguk mengerti. Ia kini sadar kecerobohannya. Ia juga mengagumi kecermatan Simon dalam bekerja.

Sumber: Bobo, 21 Desember 2006